MITOLOGI DEWA DAPUR
pic cre: http://en.wikipedia.org/wiki/Kitchen_God |
Artikel ini berkaitan dengan arsitektur, jadi mitologi Dewa Dapur ini berhubungan dengan Feng Shui Dapur.
Jadi, dalam mitologi masyarakat cina, dari matahari, bulan, bumi, gunung, pintu, kamar tidur, dan masih banyak lagi, tidak terkecuali DAPUR, mempunyai kisah mitologi yang menarik. Kalau dulu lihat Sun Go Kong, diceritakan banyak dewa-dewa kan? Nah, begitulah. Menariknya, Dewa Dapur ini salah satu yang dianggap punya kedudukan tinggi, kenapa?
Dewa Dapur: Zao Jun Ye (Ciao Kun Kong dalam dialek Hokkian)
Ada yang mengatakan bahwa tokoh satu ini adalah cucu dari Kaisar Huang Di (sekitar 2700 SM), bernama Zhu Rong yang mendapat tugas sebagai orang yang bertanggung jawab menangani masalah api. Setelah wafat, Zhu Rong diangkat sebagai Dewa Dapur. Tapi memang namanya cerita lama, kevalid-an tidak jelas, ada yang bilang bahwa Dewa Dapur itu ber-marga Zhang.
Berdasarkan sebuah literature yang ditulis oleh filsuf bernama Gong Fu Zi, dikatakan bahwa penyembahan Dewa Dapur sudah dilakukan sejak zaman Dinasti Zhou Barat (476-221M). Sudah sangat lama ya, sekitar 2000 tahun lebih. Posisi Zao Jun hanya sebagai pelindung rumah tangga biasa, jadi jabatannya dalam organisasi para dewa ya sebatas dewa yang mencatat kejadian baik dan buruk pada rumah yang dia singgahi. Nah, catatan itu setahun sekali akan dilaporkan ke Tuhan YME, kalau orang cina sebutnya Yu Huang Shang Di. Nantinya hasil laporan itu menentukan berkat atau hukuman yang akan diterima si penghuni rumah. Yang membuat special adalah, walaupun dewa biasa, Zao Jun bisa bertemu langsung dengan Tuhan untuk laporan, dipercaya sih setiap menjelang Imlek.
Karena alasan inilah, masyarakat Tiongkok kuno sangat takut pada Dewa Dapur ini, setiap hari selalu sembahyang di altar pemujaan Dewa Dapur dan rajin membersihkan dapur, supaya Dewa Dapur tidak marah.
Nah, sudah dikatakan di atas, setiap 1 minggu sebelum Imlek, Dewa Dapur ini akan naik ke singgasana langit untuk memberikan laporan. Peristiwa ini kalau di Indonesia dikenal dengan Toa Pek Kong naik. Nah, waktu kenaikan ini, masyarakat biasanya mengadakan sesajian khusus untuk melepas kepergiannya dengan sesaji bermacam-macam buah manis, makanan kue, teh dan arak. Juga ada manisan bligo (sangat manis), makanan ini dari ketan yang dicampur cairan gula pekat, juga uang sembahyang.
Sesajian yang ‘kelewat manis’ ini sengaja disajikan, supaya laporan Dewa Dapur itu yang baik-baik, berkata yang manis-manis, bahkan bagian mulut Dewa Dapur (digambarnya) ada olesan madunya. Nah, makanan ketan yang lengket ini dimaksudkan supaya saat Dewa Dapur akan berkata yang buruk, maka akan sulit bicara karena mulutnya lengket, jadi tidak jelas kedengaran, dan hukuman tidak jadi dijatuhkan. Sepuluh hari kemudian, Dewa Dapur turun kembali ke bumi dan bertugas lagi. Nah, ada upacara penyambutan juga.
Yah, ini namanya warisan budaya. Dongeng. Kepercayaan. Kalau nggak percaya nggak usah protes. Kalau percaya ya nggak ada masalah.Beberapa agama kan berpegang pada satu Tuhan, nggak percaya dewa-dewa, anggap saja ini kisah yang bagus dan isinya kan bisa digunakan untuk anjuran-anjuran berbuat baik selama kita hidup. Beberapa orang juga beranggapan bahwa cerita mitologi itu semacam sebuah pendidikan (ala Cina kuno) tentang pentingnya menjaga kebersihan dalam ruang dapur, manfaatnya ya tentu kesehatan.
Jadi, dengan adanya ‘sistem pengawas’ itu, masyarakan cina terdidik untuk mengontrol perilakunya agar selalu takut untuk berbuat jahat.
-EXTALIA-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar