Makna Sila I Pancasila Ranah Arsitektur: Bangunan Kristen di Indonesia

Arsitektur gereja adalah salah satu arsitektural yang mengundang decak kagum. Mulai dari eksterior hingga interiornya.  Pada umumnya, pengaplikasian desain interior maupun eksterior gereja akan menggambaran aliran apa gereja tersebut.  Dalam hal ini, pengadaptasian bentuk menjadi hal yang lumrah dalam desain arsitetektur gereja. 


Page   copy protected against  web site content infringement by Copyscape

Indonesia merupakan Negara yang banyak mendapat pengaruh budaya asing. Hal ini dikarenakan banyaknya negara luar yang menjajah Indonesia mulai dari Belanda, Inggris, Jepang, juga Jerman.  Kebudayaan para penjajah tersebut, mau tidak mau pastinya akan memberikan pengaruh pada gaya arsitektur bangunan terutama gereja sebagai tempat ibadah.  Namun pengadaptasian bentuk ini biasanya tidak menyeluruh atau hanya pada beberapa bagian saja.  Gereja protestan pada umumnya lebih simple daripada gereja Kristen.  Sebagai contoh  gereja gkip ini. Dia tidak memilii banyak detail rumit, hanya bangunan satu massa, yang kemudian mempunyai salib diatasnya.


Gereja ayam, GPIP Pniel pasar baru jakarta

Ciri khas dari gereja ini jika dilihat sepintas bangunannya memiliki banyak pilar dan pada bagian ujung menaranya terpasang jam dan patung ayam. Bangunannya didominasi oleh cat berwarna putih dengan atap atau menara berbentuk piramida memanjang khas peninggalan kolonial Belanda.sebagai contoh adalah gereja ayam ini. Gereja ini masih mengusung gaya arsitektural belanda. Dapat dilihat dari bentu bangunannya, atap, jendela, dan pintunya. Hal inimenunjukkan pengadaptasian full dari gaya bangunan belanda pada gereja protestan

GPIB Maranatha di Pangkalpinang

 Gereja ini hanya mengadaptasi bentuk keseluruhan bangunan yaitu salib jika dilihat dari atas. Tidak ada detail detail khusus pada eksteriornya yang merupakan adaptsasi bangunan yunani maupun eropa.

Gereja blenduk, semarang


Gereja ini memiliki bentuk denah segi delapan, merupakan suatu bentuk yang jarang digunakan untuk sebuah gereja. Hal ini dipengaruhi oleh arsitektur Renaissance. Gereja protestan mempunyai pintu masuk dari keempat arah mata angin, yang pada setiap pintu masuknya mempunyai konstruksi yang menempel pada bangunan pertama berupa portico.
Bentuk kubah pada gereja ini mengadaptasi arsitektur Byzanthium dengan dimensi yang sangat besar sehingga oleh masyarakat setempat lebih dikenal dengan sebutan “Gereja Blenduk”, pada bagian kubah tersebut terdapat bentuk melingkar yang merupakan  nave / ruang umat.
Pada bagian tengah gereja memiliki atap pelana dan gable atau dinding segitiga di ujung atap identik dengan pedimen dari portico.Pengaruh arsitektur Yunani -  Romawi tercermin pada kolom-kolom Doric dan Corinthian Romawi, terlihat pada ruangan koor, keempat pintu masuk gereja yang mengadaptasi bentuk parthenon terlihat pada pintu masuk utama.

Pada gereja tersebut  Palladianisme , yaitu merupakan bangunan yang memiliki ciri simetris untuk memudahkan mendapatkan keselarasan dan keseimbangan bentuk. Bangunan tersebut terlihat pada menara lonceng kembar, mengapit portico pintu masuk utama, kedua menara kembar tersebut memiliki atap kubah tetapi memiliki ukuran lebih kecil. Bentuk simetris dapat kita lihat juga  pada bentuk denah segi delapan yang beraksis pada ruang umat.

Gereja Mojowarno, Jombang

Gereja ini adalah gereja peninggalan belanda, sehingga arsitektur bangunannya masih mengadaptasi gaya bangunan belanda, dengan campuran yunani pada tiang tiangnya.



DETAIL BANGUNAN
Salah satu bentuk arsitektural yang sarat akan nilai religiusitas adalah rumah ibadah. Bagi umat kristen tempat ibadah mereka adalah gereja. Pada awal mulanya, bentuk arsitektural gereja tidak menentu dan tidak ada patokannya. Dulu terdapat bangunan pengadilan pemerintah Roma yang disebut gedung Basilica. Selain untuk memperkarakan kasus pengadilan sipil gedung tersebut pun digunakan untuk pengadilan agama. akhirnya kekuasaan politik para kaisar pudar dan gereja berkembang. Selanjutnya Gedung Basilika mejadi dasar perkembangan bentuk gereja di Roma. Namun terdapat pula unsur unsur basilica yang dihilangkan dalam desain gereja.

Page   copy protected against  web site content infringement by Copyscape

Ciri – ciri gereja model basilica salah satunya adalah dindingnya tebal dengan pilar yang tinggi serta atap segitiga yang tinggi. Ruangnya gelap serta Bentuk-bentuk denahnya sangat terikat oleh dalil-dalil yang sistematik, yaitu bentuk simetris, jelas dan teratur dengan teknik konstruksi yang sederhana.

Secara horizontal atau denahnya gereja terbagi menjadi beberapa bagian :
1.      Atrium atau halaman
halaman dikelilingi oleh portico, sebagai ruang peralihan dari luar kedalam. Portico adalah pintu masuk ruang atau serambi menuju pintu utama. Kontruksi atap portico setengah kuda-kuda, sisi miring tunggal, bagian dalam disangga oleh kolom-kolom terbuka kearah atrium, sisi lainnya dinding.
2.      Nave
ruang induk (ruang peribadahan) dipisahkan oleh sederetan tiang-tiang yang menopang entablature (balok dengan hiasan berbentuk segitiga diatasnya), atau kalau bentangan lebar, maka deretan kolom memakai bentuk setengah lingkaran diatasnya. Dinding kiri-kanan nave tinggi dan lebar, ditumpu oleh deretan kolom. Seperti pada kebanyakanbangunan romawi, kolom-kolom tersebut bercorak dekorasi korintien. Kolom berderet menyanggapelengkung-pelengkung. Atap dari nave, berupa kontruksi kuda-kuda kayu, berbentuk pelana yaituatap berisi miring dua. Pada sepanjang dinding bagian atas dari nave, terdapat deretan jendela masing-masing ambangnya lengkung,
3.      Sanctuan
Merupakan tempat altar
4.      Apse (apsis)
Denah setengah lingkaran atau setengah segi banyak
Atap ditutup dengan konstruksi kayu yang sederhana, dimana hal ini merupakan tipikal dari arsitektur Kristen Lama. Bentuk keseluruhan secara skyline adalah horizontal dan sederhana. Atap gereja juga biasanya dibuat segitiga tinggi, sehingga menimbulkan kesan luas dan megah.
Pada dinding, pemakaian metode konstruksi dari Romawi, yaitu beton/batu yang diplester dan diberi hiasan ornamen Mosaic yaitu pecahan batuan berwarna-warni memberikan efek estetis dan plastis, sehingga berkesan cerah, merah dan biasanya hiasan tersebut menceritakan tentang Yesus Kristus.
Selain mosaic, terdapat pula lukisan, patung dan ukiran. 

Namun seiring perkembangan zaman, khususnya di Indonesia, desain gereja (baik fasad maupun denah) sudah berkembang berbagai macam. Denahnya pun tidak terikat sepenuhnya pada gereja model basilica. Hal tersebut pun tergantung kondisi tapak, ekonomi dan keperluan. Misalnya saja terdapat gereja yang tidak memiliki altar.  Ciri khas gereja di Indonesia adalah atap segitiga tinggi yang sangat mencolok dari fasadnya. Serta lambang salib besar pada fasadnya. 




-EXTALIA COOL DESIGN-
sumber gambar: google.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages