Makna Sila I Pancasila Ranah Arsitektur: Bangunan Katolik di Indonesia

Gereja Katolik di Indonesia cenderung membawa budaya Eropa dari segi bangunannya. Salah satu contohnya dapat kita lihat pada bangunan gereja Katedral di Jakarta. Di Yogyakarta, kita juga dapat melihat Gereja St. Antonius Kotabaru di mana bangunannya masih bergaya Belanda. Pada dasarnya, bentuk sebuah gereja memiliki kesamaan. Melihat dari pengertiannya bahwa ‘Gereja adalah tempat berkumpul, berbagi kasih, dan menuji Tuhan’ maka tempat ibadah utama dalam gereja merupakan sebuah ruangan yang luas dengan langit-langit yang tinggi. Pada bangunan gereja juga memiliki sebuah lonceng dan salib di atas atap yang berbentuk limas. Mulai masuk ke interior, pada hampir semua pintu, terdapat sebuah tempat untuk mengambil air suci. Biasanya umat Katolik membuat tanda salib saat masuk dan keluar dengan terlebih dahulu mencelupkan tangan kanan pada air suci tersebut. Dari pintu masuk utama, ada jalan lurus dan kosong langsung menuju ke altar. Jalan ini biasanya digunakan untuk Romo (Imam) dan petugas-petugas untuk lewat menuju ke depan (misalnya membawa persembahan, dsb). Selanjutnya, pada pernikahan, jalan ini merupakan jalan utama. Dapat disebut sebagai ‘highlights’ pada acara tersebut karena sang mempelai wanita yang didampingi ayahnya akan berjalan dari pintu menuju altar, di mana calon suaminya dan Romo yang akan melakukan pemberkatan telah menunggu.

Jadi, sebenarnya benda-benda yang membentuk garis/jalan kosong secara berkesinambungan ini merupakan cara penataan bangku atau kursi untuk umat. Biasanya bangku yang digunakan didesain khusus, tetapi hal itu hanya dapat dilihat pada gereja-gereja besar. Bangkunya memanjang, terdapat ukiran-ukiran di sampingnya, serta tempat berlutut. Beberapa bagian dari sebuah misa mengharuskan umat untuk berlutut seperti saat ‘konsekrasi’, pemberkatan, doa setelah komuni, dll. 

Page   copy protected against  web site content infringement by Copyscape

Di samping kanan dan kiri, biasanya terdapat kolom-kolom berjajar. Di dalam gereja ada tempat khusus untuk pemain organ, konduktor, dan paduan suara. Di bagian depan, biasanya ada lengkungan khusus yang sangat tinggi dan berada di daerah altar. Biasanya terdapat lukisan-lukisan atau oranamen-ornamen. Di tengahnya ada sebuah salib besar. Di daerah altar ini, dapat dijumpai sebuah altar atau meja utama yang digunakan dalam misa. Ketinggian lantai area altar dengan area umat biasanya dibuat berbeda supaya umat yang duduk di belakang juga dapat melihat ke area altar. Altar biasanya ditutup kain putih dan diberi kain berwarna (warna menyesuaikan tema). Lalu dihias dengan bunga-bunga. Di atas altar ada lilin, mic untuk imam, sebuah salib, dsb. Di belakang altar, di bawah salib besar yang menempel pada dinding menghadap umat, ada sebuah kotak bernama ‘Tabernakel’. Kotak ini penting dalam gereja Katolik karena merupakan kotak untuk menyimpan ‘hosti’ (roti tak beragi yang telah diberkati untuk nantinya diberikan pada umat pada sesi komuni dalam sebuah misa. Pada tabernakel ini biasanya terdapat ukiran malaikat yang disimbolkan sebagai penjaga. Di samping kanan dan kiri area altar, terdapat dua patung. Satu patung Hati Kudus Yesus dan yang satu patung Bunda Maria.  

Di samping altar sendiri, biasanya ada mimbar, fungsinya untuk petugas liturgi dalam membacakan bacaan Injil, pengumuman, dsb. Mimbar ini biasanya juga diberi hiasan bunga yang se-tema dengan bunga di altar. Pada area altar juga terdapat beberapa kursi, terdiri dari kursi Romo dan petugas liturgi (Putra Altar). 

Sebuah gereja Katolik juga pasti memiliki satu atau beberapa ruang Pengakuan Dosa. Sebuah ruang kecil, tidak terlalu terang, dan hanya terdapat tempat berlutut dan sebuah kisi-kisi. Dalam gereja juga terdapat beberapa lukisan, yang paling utama adalah lukisan-lukisan mengenai kisah sengsara Yesus saat disalibkan (Jalan Salib). Dekorasi lain untuk dalam gereja sebenarnya menyesuaikan beberapa hal, seperti gaya arsitektur gereja itu sendiri dan budaya yang disekitarnya. Gereja-gereja di Indonesia biasanya memiliki dekorasi yang lebih sederhana jika dibandingkan dengan gereja di Eropa atau di Negara-negara yang mayoritas memeluk agama Kristiani.

SENDANG SONO karya Romo Mangun ‘Lourdesnya Indonesia’

 Sendang sono merupakan salah satu tempat ziarah dan gereja yang terletak di Kulon Progo. Salah satu arsitek ternama Indonesia adalah Romo Mangun. Beliau adalah seorang imam Katolik yang juga seorang arsitek. Salat satu ‘masterpiece’ Romo Mangun adalah Gua Maria Sendang Sono. Di sana terdapat sebuah prasasti bertuliskan ‘Ikatan Arsitek Indonesia menganugerahkan IAI AWARD 1991: Penghargaan Karya Arsitektur Terbaik 1991 kepada Bangunan Ini untuk Kategori Bangunan Khusus Usaha Penataan Lingkungan’. Kompleks lingkungan Sendang Sono memang luar biasa bahkan sampai ke detail-detailnya. Di dalamnya, kita bisa melihat pula bahwa unsur-unsur Jawa banyak mempengaruhi gaya bangunannya.

GEREJA HKTY GANJURAN ‘Bertemu Tuhan Yesus dalam wajah Jawa’

Komplek gereja yang terletak di Bantul ini memiliki sesuatu yang unik. Bantul yang memiliki adat budaya Jawa yang kental mempengaruhi gaya gereja di sini. Di Ganjuran, terdapat sebuah candi kecil yang didalamnya terdapat arca Tuhan Yesus dengan pakaian Jawa. Hampir semua patung dan ukiran di sini menggunakan adat Jawa. Pasca gempa Yogyakarta tahun 2006, Ganjuran direnovasi secara khusus dengan dana bantuan dari luar dan menghasilkan sebuah gedung gereja yang sangat unik. Gereja-nya berbentuk joglo besar. Di atas atap limas terdapat sebuah salib. Saka guru pada joglo ini tidak main-main, dipahat langsung oleh 100 pemahat dari Jepara, termasuk ukiran-ukiran lain. Di atas wilayah altar, pada langit-langitnya terddapat mozaik yang indah. Bangunan ini menyerupai Kraton Yogyakarta, bahkan warna yang digunakan juga sekitar pareanom yaitu hijau, kuning, putih, dan merah. Patung-patung di dalam gereja, dari patung Yesus, Bunda Maria, dan malaikat-malaikat semua menggunakan pakaian Jawa. Saat misa berlangsung ada jam-jam tertentu yang menggunakan bahasa Jawa. Selain itu, paduan suara diiringi oleh lantunan gamelan Jawa yang indah.

Page   copy protected against  web site content infringement by Copyscape 

GEREJA ST. YAKOBUS KLODRAN ‘Gereja bambu darurat’

 Pasca gempa 2006 di Bantul, gedung gereja mengalami kerusakan. Oleh karena itu, untuk sementara dibangunlah gedung gereja darurat yang berbahan utama bambu. Arsitek gereja ini adalah Bapak Eugenius Pradipto, salah satu dosen Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada. Gereja ini juga meraih penghargaan, bahkan Pak Pradip diundang ke beberapa negara untuk mengadakan presentasi mengenai konstruksi dari gereja ini. Gereja sementara ini benar-benar menggunakan bambu dan disambung dengan cara yang sederhana tetapi kuat. Unsur-unsur akulturasi dalam arsitektur gereja dan arsitektur Jawa juga sangat terlihat di sini.

-EXTALIA COOL DESIGN-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages